Sesekali kita mendengar saat dua orang lagi bersilat lidah berujar Jaga Mulutmu!
, dengan nada tinggi dan penuh emosi.
Atau dalam frase yang agak sopan Jaga Ucapanmu!
. Dua prase tersebut mempunyai makna jangan bicara sembarangan
, jangan bicara kalau tidak ada bukti / kenyataan. Ataubegini , "jangan berbicara ngawur".
Nah, mari kita tilik sebentar. Apa benar kita menjaga mulut/ucapan. Kenapa tidak "jaga hati"????
Bukankah kalo kita tenang, hati tenang, damai, Hampir semua kata ucapan dan tindakan kita penuh dengan kedamaian dan "kebajikan"?
"SILENCE IS GOLD"? RIGHT?
Sering terjadi distorsi-distorsi di tengah masyarakat secara luas. Perumpaman-perumpamaan yang telah mengalami pergeseran makna karena cara pandang yang berbeda. Terkadang maksud yang hendak disampaikan, pengutaraannya dengan bahasa yang berbeda atau bahkan dengan kata-kata yang berlawanan. Seperti menjaga mulut VS Hati .
Semua berawal dari hati. Hati yang memberikan sympon atau sinyal-sinyal ke semua organ manusia termasuk pikirannya untuk melakukan segala macam reaksi-reaksi terhadap segala kejadian dan lingkungan baik biotik maupun abiotik sebagai tanggapan terhadap fenomena itu.
Hatilah yang menilai baik dan tidak baik dari segala penomena yang terjadi. Mulut hanya salah satu dari panca indera manusia yang difungsikan untuk mengucapkan kata-kata. Isi ujaran, makna ujaran dan intonasi ujaran itu berawal mula dari hati.
Maka, jagalah hati sedemikian rupa, maka mulut pun kan terjaga. Tidak hanya saja mulut, hampir semua panca indera manusia dapat terkontral dengan hati.
Menjaga Mulut VS Hati akan tercover dengan satu kata "Menjaga Hati ".
Demikian renungan ini ditulis.
Bila ada masukkan diskusi, silakan tuliskan di kolom komentar
Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukkan komentar dan atau pertanyaan .......