Beberapa hari lalu, tepatnya 9 April 2014, kita penduduk Indonesia, khususnya yang telah cukup umur dan tercantum dalam DPT dalam Pemilu Legislatif telah mengikuti dan memberikan hak sebagai warga negara dengan memberikan suara kepada Caleg (Calon Legislatif) dari berbagai partai politik yang lolos verifikasi sesuai aturan KPU serta Undang-Undang Pemilu.
Posting kita kali ini, saya admin ingin memberikan kesan pada Pileg. Jadi bukan tentang aturan pemilu, DPT maupun tentang perolehan suara yang didapat oleh masing-masing Caleg yang meramaikan Pileg April 2014.
Pemilu Hak Warga Negara
Sebagai warga negara, admin merasa mempunyai andil atau tepatnya mempunyai hak untuk memberikan apresiasi dalam bentuk masukan maupun kritik atau sekedar celotehan yang menjadi catatan tersendiri bagi admin dalam menyikapi, atau kesan terhadap pelaksanaan pemilu 2014 baru lalu ini.
Walau bagaimana pun mengingat kualitas bangsa dan negara sangat ditentukan oleh kita sendiri sebagai warga negara dengan cara memilih Caleg-caleg yang kita harapkan mampu membangun bangsa dan negara lewat kinerja yang santun, baik, profesional dan berdedikasi serta bertanggung jawab secara moral kepada bangsa dan negara, dan kepada rakyat Indonesia sebagai pemegang hak konstitusi tertinggi atas negara.
Adapun kesan yang admin torehkan pada tulisan ini, hanya sedikit-sesuatu- yang menonjol, kesan khusus yang admin dapat dari perhelatan pemilu 2014 kemarin.
Pemilu dan Politik Uang
Pemilu 2014 kemarin, menurut hemat admin masih sarat dengan politik uang. Para Caleg dalam menampung suara, beberapa ada yang memanfaatkan beberapa sumber dana, baik pribadi, partai maupun pemerintah, dalam hal ini berupa dana Bansos maupun Dana Hibah. Walaupun ini sudah menjadi rahasia umum, namun pihak KPU, khususnya KPUD wilayah bersangkutan tidak dapat mengambil tindakan apa-apa, khususnya para anggota Panwaslu.
Para anggota panwaslu hanya gencar kinerja
dan pengawasan pada Alat Peraga Pemilu (APP). Dan inipun hanya sekedar pelaporan ke tingkat Panwaslu internal saja.
Pengawasan itu berupa ada tidaknya pelanggaran pemasangan spanduk, baliho, dan lain-lain alat peraga. Dan kinerja Panwaslu menjelang pelaksanaan pemilu, khususnya memasuki masa tenang
sepertinya kurang awas dengan hal-hal berupa peredaran uang yang dijadikan senjata bagi para Caleg dalam mendapatkan suara pemilih.
Dalam hal ini admin bukan hendak mencari kambing hitam siapa yang salah, apalagi menyalahkan panwaslu. Tidak, sama sekali tidak. Admin bukan hendak mencari siapa yang mesti bertanggung jawab, tetapi admin mengajak pembaca untuk instrospeksi diri masing-masing.
Mengajak Anda melihat sekeliling sebelum pelaksanaan pemilul 2014 kemarin. Apa yang terjadi yang berhubungan dengan pesta demokrasi
ini? Adakah gejala politik uang itu? Apakah Anda menerima uang serangan fajar.
Apa Anda membuat proposal untuk mendapat bantuan lewat Bansos maupun Hibah? Apakah Anda masuk dalam team sukses pemenangan salah satu calon? Apa yang Anda lakukan untuk pemenangan calon pilihan Anda? Adakah "Bansos" dan Serangan Fajar
menjadi salah satu agenda dalam Anda mendulang suara?
Caleg #Tim Sukses?
Menjadi team sukses salah satu calon yang ikut berebut kursi di posisi wakil rakyat, menurut hemat admin itu seperti mengambil proyek.
Sebuah pekerjaan, sebuah jalan untuk mendapat uang, sebuah mata pencaharian. Terlepas dari itu semua, apakah visi Anda dalam memperjuangkan calon unggulan Anda? Adakah visi untuk membangun daerah, bangsa dan negara? dan seterusnya.
Kita para pemilih, para pemberi suara, kita mempunyai andil, peran penting di dalam menentukan kondisi negara dalam 5 tahun ke depan bahkan lebih. Kita mempunyai hak itu karena para calon bisa menduduki posisi sebagai DPR membutuhkan suara-suara kita.
Suara yang semestinya berwujud sebagai sebuah kepercayaan publik kepada calon terpilih, sewajarnya kita kawal dalam 5 tahun ke depan. Pernahkah kita berpikir bahwa apa yang kita lakukan dalam hitungan menit dapat menentukan nasib bangsa dan negara ke depan?
Kita Yang Korup
Kita-kebanyakan- tidak mempunyai kesempatan dalam membangun bangsa lewat jalur DPR/MPR, tetapi kita membangun pondasinya lewat perhelatan pemilu yang transparan, yang baik dan berkualitas dengan memilih calon-calon yang berkualitas.
Mestinya bukan karena uang kita abaikan fungsi utama kita. Bila dihubungkan dengan korupsi, bukankah kita telah melakukan korupsi dengan menerima uang dari calon-calon itu?
Kita mengkorup posisi kita sebagai pemegang hak atas negara, karena mandat tertinggi ada di tangan seluruh rakyat Indonesia, yaitu kita. Kita para memilih, kita para pemberi suara, kita para pemberi kepercayaan kepada calon-calon wakil rakyat, kita para buruh, pekerja, karyawan, intelektual, para muda, para sepuh. Bukan semata-mata pada mereka yang mempunyai posisi dan menduduki kursi WAKIL RAKYAT.
Bila kita korup, maka para wakil rakyat yang kita serahi kepercayaan, para wakil rakyat yang kita dudukkan di Senayan, akan melakukan hal yang sama. KORUPSI.
Itulah sekelumit kesan admin pada perhelatan pemilu 2014.
Semoga pelaksanaan pemilu legislatif maupun pemilu preseiden pada periode-periode selanjutnya dapat berjalan lebih santun, lebih berkualitas dan lebih Baik.
Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukkan komentar dan atau pertanyaan .......