Pengertian Belajar Menurut Jiddu Krisnamurti

    Topik kedua dalam Buku Mutiara Kehidupan, Meditas Harian Jiddu Krisnamurti adalah Belajar. Dalam Topik ini JK memberikan pengetian belajar dan proses belajar secara eksklusif dan benar.

    Makna belajar serta cara belajar dituangkan dalam paragraf-paragraf singkat dan padat. Proses belajar terekam dalam semua paragraf secara keseluruhan. Bila tidak benar-benar dalam proses belajar, proses itu hanya menghasilkan sampah yang disebut ingatan.

    Pengertian Belajar Jiddu Krisna Murti Meditasi max-width=
    Pengertian Belajar
    Sumber gambar: https://rickpdx.wordpress.com/2010/05/12/krishnamurti-audio/
    Bacaan Penunjang: Menyimak
    Belajar, 8 Januari
    Memandang dengan Intensitas

    ... Saya rasa, belajar adalah sangat sukar, seperti menyimak.

    Kita tidak pernah sungguh-sungguh menyimak kepada sesuatu karena batin kita tidak bebas; telinga kita tersumbat oleh hal-hal yang sudah kita ketahui; dengan demikian menyimak menjadi luar biasa sulit.

    Saya rasa—atau lebih tepat, faktanya—jika kita dapat menyimak kepada sesuatu dengan seluruh diri kita, dengan tekun, dengan vitalitas, maka tindakan menyimak itu sendiri merupakan faktor yang membebaskan.

    Tetapi sayang sekali, Anda tidak pernah menyimak, terbukti Anda tidak pernah belajar dari situ. Bagaimana pun juga, Anda hanya belajar bila Anda memberikan seluruh diri Anda kepada sesuatu.

    Bila Anda memberikan seluruh diri Anda kepada matematika, Anda belajar. Tetapi bila Anda berada dalam keadaan kontradiksi, bila Anda tidak ingin belajar tapi terpaksa belajar, maka itu menjadi sekadar proses penimbunan.

    Belajar itu seperti membaca novel dengan tokoh-tokoh yang amat banyak; ia menuntut perhatian penuh dari Anda, bukan perhatian yang saling bertentangan.

    Jika Anda ingin mempelajari sehelai daun—sehelai daun di musim semi atau sehelai daun di musim panas—Anda harus sungguh-sungguh memandangnya, melihat simetrinya, teksturnya, sifat dari daun yang hidup. Ada keindahan, ada kegiatan, ada vitalitas di dalam sehelai daun. Jadi untuk belajar tentang daun, bunga, awan, matahari yang terbenam, atau seorang manusia, Anda harus memandang dengan intensitas sepenuhnya.

    Belajar, 9 Januari
    Untuk Dapat Belajar, Batin Harus Diam.

    Untuk menemukan sesuatu yang baru, Anda harus berangkat sendirian; Anda harus berangkat dengan betul-betul telanjang, terutama dalam hal pengetahuan, oleh karena mudah sekali, melalui pengetahuan dan kepercayaan, untuk memperoleh berbagai pengalaman; tetapi pengalaman-pengalaman itu tidak lebih dari produk proyeksi-diri, dan oleh karena itu sama sekali tidak nyata, palsu.

    Jika Anda ingin menemukan sendiri apa yang baru, tidak ada gunanya membawa-bawa beban apa yang lama, terutama pengetahuan—pengetahuan orang lain, betapa pun besarnya.

    Anda menggunakan pengetahuan sebagai cara untuk memproyeksikan diri sendiri, memperoleh rasa aman, dan Anda ingin merasa yakin bahwa Anda memperoleh pengalaman yang sama seperti Buddha, atau Yesus, atau si X.

    Tetapi orang yang terus-menerus berlindung di balik pengetahuan jelas bukan pencari kebenaran. ...

    Untuk menemukan kebenaran, tidak ada jalan. ...

    Bila Anda ingin menemukan sesuatu yang baru, bila Anda bereksperimen dengan apa pun, batin Anda harus sangat diam, bukan?

    Jika batin Anda penuh sesak, dipenuhi fakta, pengetahuan, mereka bertindak sebagai penghalang bagi apa yang baru. Kesulitannya bagi kebanyakan dari kita ialah bahwa pikiran menjadi begitu penting, bermakna secara mencolok, sehingga terus-menerus mengganggu sesuatu yang mungkin baru, mengganggu sesuatu yang mungkin berada bersamaan dengan apa yang diketahui.

    Jadi, pengetahuan dan pembelajaran adalah penghalang bagi mereka yang ingin mencari, bagi mereka yang ingin mencoba memahami apa yang berada di luar waktu.

    Belajar, 10 Januari
    Belajar Bukan Pengalaman

    Kata ‘belajar’ punya arti penting.

    Ada dua macam belajar.

    Bagi kebanyakan dari kita, belajar berarti mengumpulkan pengetahuan, pengalaman, teknologi, ketrampilan, bahasa.

    Juga, ada belajar secara psikologis, belajar melalui pengalaman, baik pengalaman hidup langsung, yang meninggalkan suatu sisa tertentu sebagai tradisi, ras, masyarakat.

    Demikianlah kedua jenis belajar untuk menghadapi kehidupan ini: secara psikologis dan secara fisiologis; ketrampilan lahir dan ketrampilan batin.

    Sesungguhnya tidak ada garis pembatas di antara keduanya; keduanya tumpang tindih.

    Sekarang kita tidak mempersoalkan ketrampilan yang kita peroleh dengan latihan, pengetahuan teknologis yang kita peroleh dengan studi. Yang kita bicarakan adalah belajar secara psikologis, yang selama berabad-abad kita peroleh atau warisi sebagai tradisi, pengetahuan, pengalaman.

    Ini kita sebut belajar, tapi saya mempertanyakan apakah itu benar-benar belajar. Saya tidak bicara tentang belajar suatu ketrampilan, bahasa, teknik, melainkan saya bertanya: apakah batin pernah belajar secara psikologis?

    Ia belajar, dan dengan apa yang dipelajarinya ia menghadapi tantangan kehidupan. Ia selalu menerjemahkan kehidupan atau tantangan baru menurut apa yang telah dipelajarinya. Itulah yang kita lakukan. Apakah itu belajar?

    Tidakkah ‘belajar’ menyiratkan sesuatu yang baru, sesuatu yang tidak saya ketahui dan saya belajar? Jika saya sekadar menambah apa yang sudah saya ketahui, itu bukan lagi belajar.

    Belajar, 11 Januari
    Kapan Mungkin Belajar?

    Menyelidik dan belajar adalah fungsi dari batin.

    Saya maksud dengan belajar bukan sekadar memupuk ingatan atau mengumpulkan pengetahuan, melainkan kemampuan berpikir secara jernih dan waras tanpa ilusi, berangkat dari fakta dan bukan dari kepercayaan atau cita-cita.

    Tidak ada belajar jika pikiran berasal dari kesimpulan.

    Sekadar memperoleh informasi atau pengetahuan bukanlah belajar.

    Belajar menyiratkan kecintaan terhadap pemahaman dan kecintaan melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Belajar hanya mungkin jika tidak ada paksaan dalam bentuk apa pun.

    Dan paksaan mengambil banyak bentuk, bukan?

    Ada paksaan melalui pengaruh, melalui kelekatan atau ancaman, melalui dorongan persuasif, atau wujud-wujud halus dari ganjaran.

    Kebanyakan orang mengira bahwa belajar didorong dengan pembandingan, padahal faktanya adalah kebalikannya. Pembandingan menghasilkan frustrasi dan hanya mendorong irihati, yang dinamakan kompetisi. Seperti bentuk-bentuk lain dari persuasi, pembandingan menghalangi belajar dan memupuk ketakutan.

    Belajar, 12 Januari
    Belajar Bukanlah Menimbun

    Belajar itu berbeda dengan mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses yang berlangsung terus-menerus, bukan proses penambahan, bukan proses yang di situ Anda menimbun dan dari situ bertindak.

    Kebanyakan dari kita mengumpulkan pengetahuan sebagai ingatan, sebagai gagasan, menyimpannya sebagai pengalaman, dan dari situ bertindak.

    Dengan demikian, kita bertindak dari pengetahuan, pengetahuan teknologis, pengetahuan sebagai pengalaman, pengetahuan sebagai tradisi, pengetahuan yang telah kita peroleh melalui kecenderungan-kecenderungan kita.

    Dengan latar belakang itu, dengan timbunan itu sebagai pengetahuan, sebagai pengalaman, sebagai tradisi, kita bertindak.

    Dalam proses itu tidak ada belajar.

    Belajar tidak pernah akumulatif: ia adalah gerak yang terus-menerus.

    Saya tidak tahu apakah Anda pernah menyelami masalah ini: apakah belajar itu dan apakah memperoleh pengetahuan itu? ...

    Belajar bukanlah menimbun. Anda tidak mungkin menimbun pembelajaran, dan dari gudang timbunan itu bertindak.

    Anda belajar sambil berjalan. Dengan demikian, tidak pernah ada saat kemunduran, kerusakan atau kemerosotan.

    Belajar, 13 Januari
    Belajar Tidak Punya Masa Lampau

    Kearifan adalah sesuatu yang harus ditemukan oleh setiap orang, dan itu bukan hasil dari pengetahuan.

    Pengetahuan dan kearifan tidak dapat berjalan bersama-sama.

    Kearifan datang apabila terdapat pengenalan-diri yang matang. Tanpa mengenal diri sendiri, tidak mungkin ada ketertiban, dan oleh karena itu tidak ada kebajikan.

    Nah, belajar tentang diri sendiri, dan mengumpulkan pengetahuan tentang diri sendiri, adalah dua hal yang berbeda. ...

    Batin yang mengumpulkan pengetahuan tidak pernah belajar.

    Yang dilakukannya adalah ini: Ia mengumpulkan bagi dirinya sendiri informasi, pengalaman sebagai pengetahuan, dan dari latar belakang apa yang telah dikumpulkannya, ia mengalami, ia belajar; dan oleh karena itu ia tidak pernah sungguh-sungguh belajar, tetapi selamanya mengetahui, memperoleh.

    Belajar adalah selalu pada masa kini yang aktif; ia tidak punya masa lampau.

    Pada saat Anda berkata kepada diri sendiri, “Saya telah belajar,” itu telah menjadi pengetahuan, dan dari latar belakang pengetahuan itu Anda dapat menimbun, menerjemahkan, tetapi Anda tidak dapat belajar lebih jauh.

    Hanya batin yang tidak memperoleh, melainkan selalu belajar—hanya batin seperti itu dapat memahami seluruh entitas yang kita namakan ‘aku’, diri.

    Saya harus mengenal diri sendiri, strukturnya, hakikatnya, makna entitas ini secara total; tetapi saya tidak dapat melakukannya dengan terbebani pengetahuan terdahulu, dengan pengalaman terdahulu, atau dengan batin yang terkondisi, oleh karena kalau begitu saya tidak belajar.

    Saya hanyalah menafsirkan, menerjemahkan, memandang dengan mata yang telah kabur oleh masa lampau.

    MUTIARA KEHIDUPAN
    Meditasi Harian Bersama Krishnamurti
    oleh: J. Krishnamurti
    Yayasan Krishnamurti Indonesia Jakarta
    
    Diterjemahkan dari:
    THE BOOK OF LIFE, Daily Meditations with Krishnamurti.
    © 1995 oleh Krishnamurti Foundation of America
    ke dalam bahasa Indonesia oleh: Dr. Hudoyo Hupudio, MPH
    © terjemahan (2005) pada: Yayasan Krishnamurti Indonesia, Jakarta
    
    Posted by Teguh De

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Masukkan komentar dan atau pertanyaan .......