Bahagia?

Apa itu bahagia? Lebih mudah mengiyakannya dari pada mengatakan apa itu bahagia. Atau lebih gampang bagi kita mengkondisikan fikiran dengan syarat-syarat sebuah Kebahagiaan dari pada mengatakannya. Jika tolok ukur yang dipakai adalah jasmani atau materi, maka bahagia itu tentunya berhubungan dengan materi yang diperoleh ataupun dimiliki. Namun akan jadi berbeda apabila yang dijadikan tolok ukurnya adalah jiwani. Akan lebih sulit lagi menilai tingkat ketercapaiannya. Mungkin terjebak dalam dua kutub itu maka secara umum orang mengharapkan kebahagiaan jasmani dan rohani

Kebahagiaan Jasmani

Masuk ke kutub kebahagiaan jasmani, kita akan melihat dan mengidentifikasi indikator-indikator yang dijadikan panduan secara umum agar kita dapat mengidentifikasi dan mengenalisis kebahagiaan jasmani. Berdasarkan asalnya kebahagiaan jasmani ini dikategorikan dalam 2 (dua) Kelompok besar, yaitu jasmani diri, dan jasmani lingkungan.

  1. Jasmani diri. Maksudnya adalah kondisi fisik orang bersangkutan dari tampilan fisik dari ujung kaki ke ujung kepala. Sehat fisik dipahami sebagai lengkapnya panca indra dan struktur tubuh yang menyusun manusia. Seperti, indra mata lengkap, indra pendengaran lengkap (termasuk jaringan penyusun organ), indra penciuman bagus, indra penggerak (tangan dan kaki) lengkap dan utuh, dan lain-lain.
  2. Jasmani Lingkungan. Maksudnya adalah kondisi sekitar baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Bila itu tidak terpenuhi, maka cenderung manusia juga tidak bahagia.

Timbul sebuah pertanyaan. Apakah dengan terpenuhinya semua standar dari kedua kategori yang disebutkan di atas, manusia akan bahagia? Bagaimana menurut pendapat Anda?

Sehat Rohani/mental

Sehat rohani/mental. Bagi saya ini merupakan sebuah pernyataan tentang sebuah keadaan dari pikiran/jiwa/roh. Rohani yang sehat diidentikkan sebagai waras atau tidak gila. Gila di sini merupakan sebuah keadaan mental yang di luar kewajaran umum
Dan... sebagai dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan manusia mengalami stress. Mengutif www.wikipedia.org Stress adalah sebuah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. Dari kutipan tadi diketahui bahwa stress itu adalah beban rohani/mental, kemudian ada kelebihan kemampuan maksimum mental, yang memicu tindakan ngawur.

Jadi, sehat mental dapat dikatakan sebagai sebuah keadaan dimana mental/rohani dapat menanggung segala beban yang ada sehingga dapat mengontrol segala tindakan yang dilakukan. Bila pernyataan ini diperluas, maka pernyataannya dapat ditulis sebagai stress adalah perilaku ngawur karena ketidakmampuan mental menanggung segala beban yang ada. Maka, dari dua pernyataan itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa bahagia itu adalah sebuah keadaan dimana segala tindakan dapat terkontrol secara sadar sebagai pertanda mental mampu menanggung segala beban yang ada.

Apakah keadaan fisik yang sempurna membuat seseorang bahagia? Bagaimana dengan mereka para cacat fisik bukankah mereka dapat menikmati hidupnya dengan gelak tawa? Pernahkah Anda memperhatikannya? Saya pernah mengajaknya tertawa bersama. Bahkan selera humornya lumayan.

Bahagia itu Mentalitas

Bahagia itu adalah sebuah keadaan mental, bukan semata-mata keadaan fisik. Bahagia itu lebih cenderung mengarah kepada keadaan mental. Hal ini dibuktikan dengan Para penyandang cacat pun dapat tertawa bahagia. Karena, sujatinya yang membuat manusia itu bahagia atau tidak adalah Pikirannya sendiri.
Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Gagasan atau ide adalah penggambaran atau citra mental yang berhubungan dengan segala sesuatu.

Posted by Sarta Made

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukkan komentar dan atau pertanyaan .......