Dapatkah Saya Bergantung pada Pengalaman Saya?
Kebanyakan dari kita puas dengan otoritas karena ia memberi kita kesinambungan, kepastian, suatu rasa terlindung. Tetapi orang yang ingin memahami implikasi dari revolusi psikologis yang mendalam ini haruslah bebas dari otoritas, bukan?
Ia tidak dapat mengharapkan otoritas apa pun, baik yang diciptakannya sendiri maupun yang dipaksakan oleh orang lain.
Mungkinkah itu?
Mungkinkah bagi saya untuk tidak bergantung pada otoritas pengalaman saya
sendiri?
Bahkan setelah saya membuang semua ungkapan lahiriah dari otoritas—buku, guru,
rohaniwan, tempat ibadah, kepercayaan—saya masih merasa bahwa setidak-tidaknya saya dapat
bergantung pada penilaian saya sendiri, pada pengalaman saya sendiri, pada analisis saya sendiri.
Tetapi dapatkah saya bergantung pada pengalaman saya, pada penilaian saya, pada analisis saya?
Pengalaman saya adalah hasil dari keterkondisian saya, persis seperti pengalaman Anda adalah
hasil dari keterkondisian Anda, bukan?
Saya mungkin dibesarkan sebagai seorang Muslim, atau
Buddhis, atau Hindu, dan pengalaman saya ditentukan oleh latar belakang budaya, ekonomis,
sosial, dan religius, persis seperti pengalaman Anda juga.
Dapatkah saya bergantung pada itu?>br/>
Dapatkah saya bergantung untuk mendapatkan tuntunan saya, harapan, penglihatan yang
membuat saya yakin dalam penilaian saya sendiri, yang lagi-lagi adalah hasil dari akumulasi
ingatan, pengalaman, keterkondisian masa lampau yang berjumpa dengan saat kini? ...
Nah, bila saya ajukan semua pertanyaan ini kepada diri saya sendiri, dan saya sadar akan masalah ini, saya melihat bahwa hanya ada satu keadaan yang di situ realitas, kebaruan, dapat muncul, yang menghasilkan suatu revolusi.
Keadaan itu adalah bila batin sama sekali kosong dari masa lampau, bila di situ tiada si penganalisis, tiada pengalaman, tiada penilaian, tiada otoritas dalam bentuk apa pun.
Pengenalan-diri, 23 JanuariPengenalan-Diri Adalah Proses
Jadi, untuk memahami berbagai masalah yang tak terhitung banyaknya yang dihadapi oleh kita masing-masing, tidakkah mutlak perlu untuk mengenal diri?
Dan itu adalah salah satu
hal yang paling sukar, kesadaran-diri—yang bukan berarti isolasi, menarik diri.
Jelas, mengenal
diri adalah mutlak perlu; tetapi untuk mengenal diri tidak berarti menarik diri dari hubungan. Dan
jelas salah untuk berpikir bahwa kita dapat mengenal diri secara bermakna, secara tuntas, secara
penuh, melalui isolasi, melalui penolakan terhadap orang, atau dengan pergi kepada seorang
psikolog, atau kepada seorang rohaniwan, atau bahwa kita dapat belajar mengenal diri dari
sebuah buku.
Pengenalan-diri adalah jelas suatu proses, bukan tujuan itu sendiri; dan untuk mengenal diri, kita harus sadar akan diri kita dalam tindakan, yang adalah hubungan.
Anda menemukan diri Anda, bukan dalam isolasi, bukan dalam menarik diri, melainkan dalam hubungan—dalam hubungan dengan masyarakat, dengan istri Anda, dengan suami Anda, dengan saudara Anda, dengan manusia lain; tetapi untuk melihat bagaimana Anda bereaksi, apa respons Anda, hal itu membutuhkan kewaspadaan batin luar biasa, suatu ketajaman persepsi.
Pengenalan-diri, 24 JanuariBatin yang Tak Terikat
Transformasi di dunia dihasilkan melalui transformasi diri sendiri, oleh karena diri adalah produk dan bagian dari keseluruhan proses eksistensi manusia.
Untuk mentransformasikan diri, pengenalan-diri adalah mutlak perlu; tanpa mengenal apa adanya diri Anda, tidak ada landasan bagi pikiran benar, dan tanpa mengenal diri Anda sendiri tidak mungkin ada transformasi.
Kita harus mengenal diri kita seperti apa adanya, bukan seperti apa yang kita inginkan, yang hanyalah sekadar suatu cita-cita, dan oleh karena itu khayal, tidak nyata; hanya apa adanya yang dapat ditransformasikan, bukan apa yang Anda inginkan.
Mengenal diri sendiri seperti apa adanya membutuhkan kewaspadaan batin luar biasa, oleh karena apa adanya itu mengalami transformasi, perubahan terus-menerus; dan untuk dapat mengikutinya dengan cepat batin tidak boleh terikat pada suatu dogma atau kepercayaan tertentu, kepada suatu pola tindakan tertentu.
Kalau Anda ingin menelusuri sesuatu, tidak baik jika terikat.
Untuk mengenal diri Anda sendiri, harus ada keadaan-sadar, suatu kewaspadaan batin yang di situ terdapat kebebasan dari semua kepercayaan, dari semua idealisasi, oleh karena kepercayaan dan cita-cita hanya memberi Anda warna, yang mendistorsikan persepsi yang sebenarnya.
Jika Anda ingin mengenal apa adanya diri Anda, Anda tidak dapat membayangkan atau percaya kepada sesuatu yang bukan apa adanya diri Anda.
Jika saya serakah, cemburu, penuh kekerasan, maka hanya sekadar memiliki cita-cita tentang tanpakekerasan, tentang tanpa-keserakahan, tidak banyak bermanfaat. ...
Pemahaman akan apa adanya diri Anda, apa pun itu—buruk atau indah, jahat atau merugikan—pemahaman akan apa adanya diri Anda, tanpa distorsi, adalah awal dari kebajikan. Kebajikan mutlak perlu, oleh karena ia memberi kebebasan.
Pengenalan-diri, 25 JanuariMengenal-Diri Secara Aktif
Tanpa pengenalan-diri, pengalaman menghasilkan ilusi; dengan pengenalan-diri, pengalaman—yang adalah respons terhadap tantangan—tidak meninggalkan sisa kumulatif sebagai ingatan. Pengenalan-diri adalah penemuan dari saat ke saat gerak-gerik diri, niat-niatnya dan upaya-upayanya, pikiran-pikirannya dan nafsu-nafsunya. Tidak pernah ada “pengalamanku” dan “pengalamanmu”; istilah “pengalamanku” itu sendiri menandakan ketidaktahuan dan diterimanya ilusi.
Pengenalan-diri, 26 JanuariKreativitas Melalui Pengenalan-Diri
Tidak ada metode untuk mengenal diri.
Mencari metode mau tidak mau menyiratkan keinginan untuk mencapai suatu hasil—dan itulah yang dikehendaki oleh kita semua. Kita mengikuti otoritas—jika bukan otoritas seseorang, maka otoritas sebuah sistem, atau sebuah ideologi—karena kita menghendaki suatu hasil yang memuaskan, yang akan memberi kita rasa aman.Kita sesungguhnya tidak menghendaki untuk memahami diri kita sendiri, dorongan-dorongan dan reaksi-reaksi kita, seluruh proses berpikir kita, yang disadari maupun tak disadari; kita lebih suka menjalankan sebuah sistem yang memberikan jaminan hasil.
Tetapi menjalankan sebuah sistem mau tidak mau adalah hasil keinginan untuk memperoleh rasa aman, memperoleh kepastian, dan hasilnya jelas bukan pemahaman diri sendiri.
Bila kita mengikuti sebuah metode, kita harus menganut otoritas—Guru, Juruselamat, Master—yang akan menjamin bagi kita apa yang kita inginkan; jelas ini bukan jalan untuk mengenal diri.
Otoritas menghalangi pengenalan diri, bukan?
Di bawah perlindungan sebuah otoritas, perlindungan seorang penuntun, Anda mungkin mempunyai rasa aman, rasa sejahtera untuk sementara, tetapi itu bukan pemahaman seluruh proses diri sendiri. Otoritas pada hakikatnya menghalangi penyadaran penuh akan diri sendiri, dan oleh karena itu pada akhirnya menghancurkan kebebasan; hanya di dalam kebebasan terdapat kreativitas. Kreativitas hanya mungkin ada melalui pengenalan diri.
Pengenalan-diri, 27 JanuariBatin Hening, Batin Sederhana
Apabila kita sadar akan diri kita sendiri, bukankah seluruh gerak kehidupan adalah jalan
untuk membongkar sang aku
, ego, diri?
Diri adalah proses yang amat rumit, yang hanya dapat dibongkar dalam hubungan, dalam kegiatan kita sehari-hari, dalam cara kita bicara, cara kita menilai, menghitung-hitung, cara kita mengutuk orang lain dan diri sendiri.
Semua itu mengungkapkan terkondisinya pikiran kita sendiri; dan tidakkah penting untuk menyadari seluruh proses ini?
Hanya melalui kesadaran akan apa yang benar dari saat ke saat terdapat penemuan akan apa yang berada di luar waktu, yang abadi. Tanpa pengenalan-diri, yang abadi tidak mungkin muncul.
Bila kita tidak mengenal diri kita sendiri, yang abadi menjadi sekadar kata semata-mata, suatu simbol, suatu spekulasi, suatu dogma, suatu kepercayaan, suatu ilusi yang kepadanya batin bisa melarikan diri.
Tetapi jika kita mulai memahami sang aku
dalam semua
sepak-terjangnya sehari-hari, maka di dalam pemahaman itu sendiri, tanpa upaya apa pun, apa
yang tak bernama, yang berada di luar waktu, muncul. Tetapi yang di luar waktu itu bukan
ganjaran bagi pengenalan-diri.
Yang abadi tidak dapat dikejar; batin tidak bisa memilikinya. Ia muncul bila batin hening, dan batin hanya bisa hening bila ia sederhana, bila ia tidak lagi menimbun, mengutuk, menghakimi, menimbang-nimbang.
Hanyalah batin yang sederhana yang dapat memahami apa yang nyata, bukan batin yang penuh dengan kata-kata, pengetahuan, informasi. Batin yang menganalisis, menghitung-hitung, bukanlah batin yang sederhana.
Pengenalan-diri, 28 JanuariPengenalan-Diri
Tanpa pengenalan diri, apa pun yang Anda lakukan, tidak mungkin ada keadaan meditasi.
Yang saya maksud dengan pengenalan diri
adalah menyadari setiap pikiran, setiap suasana
batin, setiap kata, setiap perasaan; menyadari kegiatan batin Anda—bukan menyadari diri
tertinggi, Aku yang luhur, tidak ada itu; diri yang lebih tinggi, atman, masih berada di dalam
lingkup pikiran.
Pikiran adalah hasil keterkondisian Anda, pikiran adalah respons ingatan Anda— ingatan nenek moyang atau ingatan belum lama berselang.
Dan sekadar mencoba bermeditasi tanpa lebih dulu menegakkan secara mendalam, sehingga tak tercabut kembali, kebajikan yang datang dari pengenalan diri adalah sama sekali menyesatkan dan sama sekali tak berharga.
Mohon diperhatikan, ini sangat penting bagi mereka yang serius untuk memahami ini. Oleh karena jika Anda tidak dapat melakukannya, maka meditasi Anda dan kehidupan sehari-hari Anda tercerai, terpisah—begitu jauh terpisah sehingga sekalipun mungkin Anda bermeditasi, duduk bersila terus-menerus, sepanjang sisa hidup Anda, Anda tidak akan melihat lebih jauh dari hidung Anda; sikap tubuh apa pun yang Anda ambil, apa pun yang Anda lakukan, tidak akan berarti sama sekali.
... Penting dipahami apa pengenalan diri ini: sekadar sadar, tanpa memilih sedikit pun,
akan sang aku
yang bersumber pada seonggok ingatan—sekadar menyadarinya tanpa
menafsirkan, sekadar mengamati gerakan batin.
Tetapi pengamatan itu terhalang bila Anda mengumpulkan melalui pengamatan: apa yang harus dikerjakan, apa yang tak boleh dikerjakan, apa yang harus dicapai; jika Anda lakukan itu, Anda mengakhiri proses yang hidup dari gerakan batin sebagai diri.
Artinya, saya harus mengamati dan melihat faktanya, yang aktual, apa adanya.
Jika saya mendekatinya dengan sebuah gagasan, dengan sebuah opini—misalnya, saya harus
begini
, atau saya tidak boleh begitu
, yang adalah respons ingatan—maka gerakan dari apa
adanya akan terhalang, terbendung; dan oleh karena itu, tidak terjadi belajar.
Kekosongan Kreatif
Tidak dapatkah Anda sekadar menyimak ini seperti tanah menerima benih, dan melihat apakah batin mampu menjadi bebas, menjadi kosong?
Ia bisa menjadi kosong hanya dengan memahami seluruh proyeksi-proyeksinya, seluruh kegiatannya, bukan kadang-kadang saja, melainkan dari hari ke hari, dari saat ke saat. Maka Anda akan menemukan jawabannya, maka Anda akan melihat bahwa perubahan muncul tanpa diminta, bahwa keadaan kekosongan kreatif bukanlah sesuatu untuk dipupuk—ia ada, ia datang menyelinap, tanpa diundang, dan hanya dalam keadaan itulah terdapat kemungkinan pembaruan, kebaruan, revolusi.
Pengenalan-diri 30 JanuariPengetahuan-Diri
Berpikir benar datang dengan pengenalan-diri. Tanpa memahami diri Anda, Anda tidak punya dasar untuk berpikir; tanpa pengenalan-diri, yang Anda pikir adalah tidak benar.
Anda dan dunia bukan dua entitas berbeda dengan problem terpisah; Anda dan dunia adalah satu.
Problem Anda adalah problem dunia. Anda mungkin hasil dari kecenderungan-kecenderungan tertentu, dari pengaruh lingkungan, tetapi Anda tidak berbeda secara mendasar dengan orang lain.
Secara batiniah, kita semua sangat mirip; kita semua didorong oleh keserakahan, keinginan jahat, ketakutan, ambisi dan sebagainya. Kepercayaan, harapan, aspirasi kita mempunyai landasan bersama. Kita adalah satu; kita adalah satu kemanusiaan, sekalipun batas-batas artifisial dari ekonomi dan politik dan prasangka memecah-belah kita.
Jika Anda membunuh orang lain, Anda merusak diri sendiri.
Anda adalah pusat dari keseluruhan, dan tanpa memahami diri Anda sendiri Anda tidak dapat memahami realitas.
Kita mempunyai pengetahuan intelektual tentang kesatuan ini, tetapi kita tetap menyimpan pengetahuan dan perasaan dalam kotak-kotak yang berbeda, dan oleh karena itu kita tidak pernah mengalami kesatuan yang luar biasa dari manusia.
Pengenalan-diri, 31 JanuariRelasi Adalah Cermin
Pengenalan-diri bukanlah mengikuti suatu rumusan tertentu.
Anda boleh pergi kepada seorang psikolog atau psikoanalis untuk mengetahui diri Anda, tetapi itu bukan pengenalan-diri.
Pengenalan-diri muncul apabila kita menyadari diri kita di dalam hubungan, yang memperlihatkan apa adanya diri kita dari saat ke saat. Hubungan adalah cermin yang di dalamnya kita melihat diri kita sendiri seperti apa adanya.
Tetapi kebanyakan dari kita tidak mampu memandang diri sendiri seperti apa adanya dalam hubungan, oleh karena kita langsung mulai menyalahkan atau membenarkan apa yang kita lihat. Kita menghakimi, kita menilai, kita membandingkan, kita menolak atau menerima, tetapi kita tidak pernah sungguh-sungguh mengamati apa adanya, dan bagi kebanyakan orang tampaknya ini hal yang paling sukar dilakukan; namun hanya inilah awal dari pengenalan-diri.
Jika kita mampu melihat diri kita seperti apa adanya di dalam cermin luar biasa dari hubungan, yang tidak mendistorsikan, jika kita bisa sekadar memandang ke dalam cermin ini dengan penuh perhatian dan sungguh-sungguh melihat apa adanya, menyadarinya tanpa menyalahkan, tanpa menghakimi, tanpa menilai—dan kita melakukan ini apabila terdapat minat yang sungguh-sungguh—maka kita akan menemukan bahwa batin mampu membebaskan dirinya dari semua keterkondisian; dan hanya di situlah batin bebas untuk menemukan apa yang terletak di luar lingkup pikiran.
Bagaimana pun juga, betapa pun terpelajar atau betapa pun remeh batin, ia sadar atau tidak sadar terbatas, terkondisi, dan setiap perluasan dari pengkondisian ini masih terletak di dalam lingkup pikiran. Maka, kebebasan adalah sesuatu yang sama sekali lain.
MUTIARA KEHIDUPAN Meditasi Harian Bersama Krishnamurti oleh: J. Krishnamurti Yayasan Krishnamurti Indonesia Jakarta Diterjemahkan dari: THE BOOK OF LIFE, Daily Meditations with Krishnamurti. © 1995 oleh Krishnamurti Foundation of America ke dalam bahasa Indonesia oleh: Dr. Hudoyo Hupudio, MPH © terjemahan (2005) pada: Yayasan Krishnamurti Indonesia, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukkan komentar dan atau pertanyaan .......